ANTARA DIA DAN TAKDIR TUHAN
ANTARA DIA DAN TAKDIR TUHAN
Dalam keheningan
malam yang begitu sepih
Rasaku bergejolak
pada suatu sosok yaitu dia sang rupawan hati
Ya…ya…ya
dia yang sempat menjadi penawar rasa
Tapi…tapi…kok
dua rasa? Tanyaku
Dalam sudut
lamuan yang begitu mendalam
tiba-tiba
saja di antara dua rasa itu membelai mesra tubuhku dengan sejuta kerinduan.
Ah, mana
yang aslinya?
Akupun berusaha
semampu agar mataku selalu tak pandai berkelit di antara dua pelupuk tiu
Rasa-rasanya
air mataku jatuh berkeping-keping seperti hujan
Dan kutahu
mereka adalah hartaku
Sekujur tubuhku
rasanya, seperti tetesan darahku mengalir di setiap inci nadiku
Detak nadi
sepertinya tak mau seirama dengan detak jarum jam
Ooooo,
apakah kini rinduku hampir usai?
Kenangan
itu
Ya kenangan indah seperti sebuah perayaan tanpa kata “lupa”
Melukis
seperbaris kerinduan yang meleleh dengan kenangan masyur
Kehilangan itu
mungkin adalah segalanya
Namun ketakutan
adalah harapan yang tak bersimpul dan memuncak
Nafas
terasa sulit seperti menetap di atas ubun-ubunku.
Kini rindu
hanya sebatas kenangan
dirayakan
tanpa lupa, dikenang dalam abadi.
Seperti
pepatah: rindu adalah mengeja kenangan dengan manik-manik ilahi
Seperti
takdir.
Label: Puisi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda