TETAP BERSINAR MESKIPUN BADAI MENANTI DAN MENGINTIP DI UJUNG KATA AMIN
TETAP BERSINAR MESKIPUN BADAI MENANTI DAN MENGINTIP DI UJUNG KATA AMIN
By: Albertus Mandat Minggu
Perempuan itu duduk disamping jendela sambil menyaksikan pesona senja diunjung langit barat
Meskipun dia tahu senja hanya datang sekali saja dalam waktu yang sama
Dia menyiapkan pena dan kertas dan menuangkan isi hatinya
Dengan berlapiskan tinta merah, katanya, “badai pasti berlalu bersama senja”
Lari menjauh dari sudut kematian, semakin terasa pula badai yang mengerikan
Bersimpul dalam lilin kaca dibarengi dengan rapalan kalimat syahadat rasanya tak sanggup
Mungkin Dia akan berkehendak untuk menghapus wadahku yang gosong ini
Ya, berserah diri adalah jawaban
Kini, jalan-jalan di luar jendela bercabang-cabang dan kelihatan pesona langit dan senja semakin pucat
Deru petanda rintihan semakin memuncak
Rasanya gaduh, tak seirama alunan melodi saraf-saraf hati
Semuanya sirna, apakah demikian tampaknya? Atau
Tidak, waktunya Tuhan akan indah
Tetap tegu, kuat, sabar dalam penantian adalah obat pemulih hati
Aku percaya, mengampuni adalah jalan untuk memulihkan dan menyembuhkan yang luka
Sehingga kataku, tetap bersinar meskipun bada menanti dan mengintip di ujung kata amin
Ya itu, jawabanku
Lanjutku
Itu hanya serpihan lain dari kisahku
Aku bahagia
Syukur demikian
Label: Puisi, RENUNGAN IMAN
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda