Rabu, 29 Desember 2021

DUNIA SEBAGAI GAMBARAN REALITAS YANG ADA

 


Albertus Mandat

Pertalihan dunia ilmu pengetahuan dalam peredaran zaman semakin memanas dalam tolak ukur mencari dan menemukan dimensi transenden. Pertarungan para filsuf dan para sejarawan dalam bidang intelektual mengikhtiarkan bahwa yang “Ada”itu belum menemukan titik pencapaian. Dalam tulisan ini penulis ingin mengulas sedikit lebih jauh apa itu “dunia sebagai gambaran realitas yang ada”. Penulis tidak bermaksud untuk membatasi ruang lingkup tentang “ada” namun ingin mengembangkan lebih jauh dalam konteksitas dan perspektif tentang tema di atas. Apa yang kan penulis gagaskan merupakan hasil dari kajian refleksi dan penobservasian penulis tentang “ada”. Demikianlah pandangan itu bahwa: “dunia merupakan kumpulan gagasan dan ide yang memuat kumpulan materi hylle yang disubordinasikan ke dalam beragam bentuk dan nilai. Dalam setiap kekhasannya dari kumpulan itu adalah merupakan transformasi dari Sang Ada yakni Dia yang tidak terpikirkan dan tidak terjangkau oleh daya power intelek rasio manusia”. Dia yang adalah Sang Ada itu tidak bersubjek dan berbentuk dan diluar rana pemikiran manusia yang terbatas. Seperti yang digagaskan para filsuf bahwa manusia hanya mampu sampai pada pengalaman bersifat indrawi atau pengalaman empiris dan berdasarkan pandangan ini adapun filsuf lainnya yang menganggapnya demikian yakni sebenarnya manusia sampai pada pengalaman yang bersifat transenden yakni melalui penelusuran jiwa yang terdapat dalam tubuh manusia.

Manusia pada dasarnya termuat oleh tiga unsur pembangun yakni adanya dimensi tubuh,jiwa dan roh. Dari ketiga dimensi ini mempunyai peranan masing-masing yakni tubuh sebagai realitas yang kelihatan yang merupakan gambaran dari materi yang ada dan jiwa psyche merupakan suatu dimensi tranceden yang tidak mampu dijangkau oleh akall budi dia hanya mampu sampai melalui pengalaman kontemplasi dan refleksi yang mendalam dan roh adalah sesuatu yang mutlak karena tidak berbentuk dan roh merupakan gambaran kesatuan materai yang terungkap dan tertekan dalam tubuh dan jiwa. Ketiga dimensi ini saling berhubungan membentuk suatu kesatuan yang otentik. Namun dalam penulisan ini penulis hanya menekankan peranan jiwa. Dan jiwa itu hanya ada pada manusia semata. Dunia yang penulis maksudkan lebih kepada manusia, karena dalam manusia terdapat unsur perlengkapan yakni unsur ilahi dan duniawi. Dalam pendominasian dalam berbagai bidang sebagainnya dari fakta realitas manusia mempunyai peran dominan melalui pemersatu dengan yang lainnya. Pemersatuan itu dengan alam nature dan realitas yang lainnya yang tidak berbentuk dan berbentuk morfisne.

Label:

3 Komentar:

Pada 29 Desember 2021 pukul 16.05 , Blogger Unknown mengatakan...

Cross cek lagi ejaa..krna ada huruf yang kurang..inilah filsuf muda Kelitembu

 
Pada 29 Desember 2021 pukul 17.00 , Blogger PELITA NEGERI mengatakan...

Lanjutkan

 
Pada 30 Desember 2021 pukul 01.54 , Blogger Unknown mengatakan...

Sampai saat ini, "filsafat Indonesia" masih dalam lingkup tradisional, antik, dalam arti bahwa kita masih mengambil pemikiran2 filsuf2 yg kalau mau dibilang "tdk relevan". Sejak puluhan tahun lalu, smpai saat ini, di Indonesia, kita masih membahas tentang "yg Ada" "yg transenden", "dunia", dll,..Filsafat bukan hanya ttg hal ini, tpi lebih lgi, dan sangat luas,..cobalah kita mendekati pemikiran2 filsuf modern dan kontemporer yg pemikirannya "melebihi" yg kuno...

Kalo mau membuat artikel, cobalah untuk membahasnya dalam tulisann yg panjang, bukan hanya 1 halaman, atau 2 halaman, dan dgn referensi yg jelas...

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda