PENALARAN ARISTOTELES TENTANG PENYEBAB UTAMA (Persoalan Mengenai Apa Yang Tampak dan Tidak Bisa Diindrai)
ilustrasi pinterest
Albertus Mandat Minggu
1.
PENDAHULUAN
Segala
entitas yang ada dan tampak secara lahiria dipermukaan bumi ini mempunyai faktor
penyebap utama. Faktor yang ada seakan menjadi api pemantik setiap entitas yang
ada berasal dari satu entitas (either one)
yang terlahir dalam banyaknya entitas (more
than one). Di mana setiap entitas yang ada bergerak, berada, berpindah dari
suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam kajian ilmu metafisika tentang ada dan
tidak ada, hal itu dilihat sebagai suatu status keberadaan, sifat-sifat
keberadaan dan ada menurut maksud keberadaannya. Namun dari semua yang ada
munculah suatu argumentasi yang
mempertanyakan mengenai faktor apa yang menjadi penyebab dari segala
yang ada.
Asritoteles dalam penalarannya mengatakan bahwa substansi yang merupakan satu unsur menyebabkan yang lain ada. Secara gamblang Aristoteles mengatakan bahwa sesuatu sungguh ada yakni benar dan sesuatu tidak sungguh tidak ada adalah benar. Substansi pada dasarnya ialah apa yang esensi dari sesuatu. Substansi dalam artiannya ada sebagai yang ada (being qua being). Dalam kajian pendalamannya ada satu disiplin ilmu yang meneliti tentang segala sesuatu ialah it is being. Dan pada hakekatnya substansi adalah satu atau united-itself. Di mana masalah terhadap sebab-sebab segala sesuatu yang dicari ialah substansi yang terdapat dalam satu ilmu pengetahuan (being-it self) dan prinsip-prinsip yang terdapat dalam banyaknya ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan forma (keberadaan atau eksitensi yang bersifat plural). Dan yang menjadi persoalan dalam kajian ilmu pengetahuan tentang penyebab utama, Aristoteles mempertanyakan bahwa apakah hal-hal yangg tampak atau tidak bisa diindrai ini benar ada? Dan jikalau benar ada, apa penyebab utama yang mendasari segala yang ada? Sebab menurutnya segalanya tidak bisa diindrai itu sama halnya tidak ada dan merupakan hasil abstraksi dan rekonstruksi pemikiran manusia semata.
2.
ISI
Arsitoteles pada
umumnya selain dikenal sebagai seorang filsuf yang mempelajari secara khusus
tentang dunia metafisis, namun dia juga dikenal sebagai seorang biolog dalam
sebuah kajian dan penelitian tentang ilmu sains. Dalam sepak terjangnya sebagai
seorang filsuf besar umumnya dalam dunia ilmu pengetahuan, Aristoteles berusaha
untuk memahami secara mendetail tentang keberadaannya di dalam dunia dalam
sebuah usaha untuk mengakaji dan mendalami tentang dunianya. Dia memahami dunia
merupakan suatu substansi yang ada sebagaimana adanya atau ada sebagai yang ada
(being qua being). Dalam hal ini,
faktor fundamen apa yang mendasari penyebab dari segala yang ada? Dalam dunia
metafisikan, Aristoteles mempertanyakan tentang penyebab apa yang mendasari
segala yang ada sehingga dalam realitas yang tampak dalam suatu proses
pengindraan di sana terjadi banyak perbedaan-perbedaan yang tampak dan muncul.
Dari perbedaan yang ada menggambarkan suatu entitas yang kompleks dari yang ada sebagai penyebab
segala yang ada.
Dalam kajian
penalaran tentang dunia metafisis, Aristoteles mempertanyakan bahwa apakah
hal-hal yang tampak atau tidak bisa diindrai ini benar ada? Dan apakah sesuatu
yang tidak bisa diindrai itu sama halnya tidak ada atau merupakan hasil
abstraksi pemikiran manusia belaka? Hal yang tampak merupakan sebuah pengalaman
empiris yang menyediakan beranekaragam bentuk yang ditampilkan. Dalam
pengalaman empiris itu ada suatu forma yang selalu berlawanan dengan
materi dan tidak ada sesuatu yang
berlawanan dengan forma (biasa disebut
dengan convincing) berbeda dengan matrei yang oleh Aristoteles
diposisikan sebagai lawan dari jiwa. Forma inilah materi menjadi suatu yang
tertentu dan sesuatu itu disebut materi dan jiwalah yang menyebabkan tubuh
menjadi sesuatu yang memiliki kesatuan dan tujuan.
Dan terhadap
keanegaraman demikian tamapk secara lahiria yang digerakan oleh suatu penyebab
dan sutu prinsip yang berisifat unversal yang berasal dari “ada sebagai mana
ada” itu. Akhirnya berkat refleksi dan
kontemplasinya, Aristoteles sampai pada suatu keputusan yakni penyebab utama
dari segala keanegaraman yang ada ialah “suatu penggerakan yang berasal dari
dirinya sendiri” atau “menggerakan dirinya”. Yang menggerakan dirinya merupakan
suatu yang berasal dari forma substansial dan merupakan sutu prinsip otonomi
dalam padangan kaum skolastik biasa dikenal dengan causa imanen. Causa imanen
adalah penyebab yang dari dari sang ada itu sendiri yang merupakan substansi
dari segala keanekaragaman yang ada.
Pada dasarnya causa imanen bergerak dan selalu menuju
kearah kesempurnaan. Kesempurnaan itu merupakan kodrat alami yang adalah
substansi dari segala yang ada. Dan kesempurnaan itu adalah hakikat kebenaran
dari suatu prinsip substansi yang berfisat satu (united-itself) dan being-itself
yang merupakan kebenaran dan eksitensi dari keanekaragaman yang ada dari satu
jalan jenis (in kind only). Being merupakan keberadaaan dan unity merupakan satu hakikat yang
merupakan substansi dari segala sesuatu. Being
dalam penalaran Aristoteles yang dimaksudkan ialah esse-ada yaitu dar sien
dalm pengertian sebenarnya dan lebih kompleks tentang “ada”. Yang dalam hal ini
dikenal dengan being qua being yaitu
ada sebagai yang ada. Dan suatu disiplin ilmu yang meneliti secara khusus
tentang segala yang ada sebagai yang ada ialah it is being.
Rekonstruksi
pemikiran aristoteles tentang “ada” merupakan suatu unsur yang fundamen yang
“menggerakan dirinya”. Di mana dalam penalarannya, Aristoteles mengatakan bahwa
“sesuatu ada sungguh ada itu benar” dan “sesuatu tidak sungguh tidak ada adalah
benar”. Pemikiran demikian merupakan teori kebenaran dari Aristoteles. Dan teori
kebenaran Aristoteles harus dilihat titik kebenaran yang dikajidan kontemplasi
dai sudut ilmu empiris.
Terhadap pemkiran
Aristoteles di atas sebagaimana sudah diuraikan tentang ada dan tidak ada,
secara umum gagasan pokok dan inti dari segala pergumulan Aristoteles dalam
dunia ilmu metafisikan secara gamblang Arsitoteles mengatakan bahwa jadi semua
yang tampak itu tidak semuanya benar. Sebab sesuatu yang tidak bisa diindrai
atai dilihat dengan menggunakan mata secara lahiria itu adalah tidak ada dan merupakan hasil abstraksi dan manipulasi
pemikiran manusia belaka. Dan terhadap pernyataan ini, Aristoteles mengatakan
bahwa pesan indrawi manusia (sensible)
itu nyata atau rill adanya (real).
Dan yang rill itu hanya being yang
ada esse-ada yaitu dar sein.
Berdasarkan kajian
filosofis Aristoteles tentang “ada-esse-dar sein”, penulis dapat merefleksikan
dan mengontemplasikan bahwa yang “ada dan tidak ada” itu dapat dilihat
disimbolisasikan dengan kata “hitam pekat yaitu kegelapan”. Di mana sifat
“hitam pekat atau malam gelap dan tidak ada cahaya sedikitpun” merupakan
keadaan caos atau kosong dari cosmos yang tersembunyi yang
menformulasikan tentang yang “ada dan tidak ada”. Penulis menggunakan kata
“hitam pekat atau dunia yang diselimuti dengan kegelapan” sebagai lambang
kehadiran “ada” yang tidak dapat diindrai. Namun adapun simbolisasi lainnya
yakni “angin sepoi-sepoi” merupakan lambang kehadiran “sang ada”. Di mana,
angin hanya bisa dirasakan (sensible
things), namun tidak bisa diindrai melalui penglihatan. Dua simbolisasi
dari sudut pemikiran dan hasil refleksi serta kontemplasi penulis sekiranya
dapat memberikan subangsi pemikiran dalam dunia filsafat tentang “ada dan tidak ada” seturut hasil pemikiran
Aristoteles.
3.
PENUTUP
Penalaran tentang
“ada dan tidak ada” adalah sebuah usaha
menemukan, merefleksikan serta mengontemplasikan tentang substansi keberadaan
dari penggerak utama atau penyebab utama. Penalaran yang bersifat metodis dan
sistematis dalam sepak terjang akal budi (ratio) hanya bersifat terbatas, sebab
berkaitan dengan “ada dan tidak ada” atau “esse-ada-dar sein” adalah sebuah ketidakmungkinan
untuk dijangkau dalam terang akal budi dan semuanya hanya bersifat pengandaian
berkat karya imajinasi dan kontemplasi dalam fakta dunia empiris yang tampak
secara lahiria seturut sudut pemikiran Aristoteles tentang “ada dan tidak ada”
yakni “semua yang tampak itu adalah tidak semuanya benar”.
Label: Artikel
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda