MARIA SEBAGAI TELADAN DAN MODEL KERENDAHAN HATI
Albertus Mandat Minggu
Diskursus
pemahaman tentang kepadatan makna kata ‘’Marialogi’’ secara etimelogis berasal
dari bahasa Yunani dari Mariam adalah
ibu yang yang mengandung dan melahirkan Yesus, dan logos yang berarti ilmu atau ajaran diskursus. Jadi padanan kata
Marialogi adalah diskursus mengenai Maria dan refleksi teologis mengenai Maria,
ibu Yesus, kedudukan dan perananya dalam karya penyelamatan Allah.[1] Gereja
dalam hal ini, para bapa konsilinaris mencoba merumuskan dan menetapkan suatu
doktrin yang valid dengan maksud agar umat beriman dapat mengenal dan memahami
Bunda Maria dalam terang iman dan dalam suatu tatanan nalar ratio yang benar.
Dalam
tatanan iman Katolik, sosok Bunda Maria dikenal sebagai perantara (mediatrix) akan doa – doa kepada Yesus
Kristus sebagai manifestasi Allah. Dalam istilah Latin dikenal dengan ungkapan
‘’ Per Mariam ad Jesum’’yang
menyandang arti ‘’dari Maria kepada Yesus’’. Perihal ungkapan ini, sebenarnya
mau mengungkapkan suatu relasi yang mendalam yakni relasi yang absolut atau
intim antara kedua tokoh penting ini. secara pribadi penulis melihat hal ini
sebagai sebuah relasi yang Ilahi dalam persatuan yang mesra dengan Allah Bapa
dan Roh Kudus dalam merealisasikan maksud dan rencana Allah dalam menyelamatkan
umat manusia.
Soal untuk
mencapai kekudusan dan kesalehan yang otentik tidaklah semestinya hanya dengan
berkanjang dalam tapa dan doa namun lewat kesaksian hidup dan perilaku moral,
etiket sosial mampuh mengantar orang pada wahana kekudusan yang sebenarnya.
Pemaknaan soal aksi dan reaksi dalam bahasa Latin yakni dalam ramalan
“ora et la bora’’artinya berdoa dan
bekerja. Dalam kekudusan dan kesalehan
Bunda Maria, Ia telah menyatakan kedua hal ini. Dimana, setelah menerima kabar
dari malekat Gabriel, ia denagn keseluruan iman yang total menaruh semua itu
dalam iman akan karya dan penyelenggaraan Kasih Allah. Tidak hanya demikian, ia
mampu merealisasikan warta kekudusan itu sampai wafatnya Puteranya dikayu
salib.
Berkaitan dengan kekudusan dan kesalehannya tidak hanya
berkecimpung para rana peristiwa kelahiran sampai wafat Putranya, namun
kekudusan Bunda Maria sudah terpenuhi dan terjaga sejak masih mudahnya. Dalam
masyarakat Yahudi ia dikenal sebagai wanita yang saleh dan terhormat.
Biografinya mengungkapkan, ia seorang wanita saleh yang mengahabiskan seluruh
hidupnya di dalam Bait Allah sebagai penjahit kain. Dalam hal ini, ia dikenal
kudus karena cara hidupnya dan keasaksian hidupnya sebagai anak Abraham dan
bukan soal bnyaknya doa dan sujud sembah yang dibaktikan. Sebagai orang Kristen sejati kita hendaknya
mengrahkan hidup pada model dan kesaksian demikian yang bukan untuk kepentingan
ego kesucian semata, tetapi untuk pebenaran makan hidup yang otentik sebgai
makluk yang istimewa.
[1] Sefri Juhani, Eklesiologi – Misteri Gereja dan Maria
(Maumere: Penerbit Ledalero, 2019), hlm. 74.
Label: coretan nilai
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda