Kamis, 30 Desember 2021

MARIA SEBAGAI TELADAN DAN MODEL KERENDAHAN HATI

 

                



Albertus Mandat Minggu

 

Diskursus pemahaman tentang kepadatan makna kata ‘’Marialogi’’ secara etimelogis berasal dari bahasa Yunani dari Mariam adalah ibu yang yang mengandung dan melahirkan Yesus, dan logos yang berarti ilmu atau ajaran diskursus. Jadi padanan kata Marialogi adalah diskursus mengenai Maria dan refleksi teologis mengenai Maria, ibu Yesus, kedudukan dan perananya dalam karya penyelamatan Allah.[1] Gereja dalam hal ini, para bapa konsilinaris mencoba merumuskan dan menetapkan suatu doktrin yang valid dengan maksud agar umat beriman dapat mengenal dan memahami Bunda Maria dalam terang iman dan dalam suatu tatanan nalar ratio yang benar.

Dalam tatanan iman Katolik, sosok Bunda Maria dikenal sebagai perantara (mediatrix) akan doa – doa kepada Yesus Kristus sebagai manifestasi Allah. Dalam istilah Latin dikenal dengan ungkapan ‘’ Per Mariam ad Jesum’’yang menyandang arti ‘’dari Maria kepada Yesus’’. Perihal ungkapan ini, sebenarnya mau mengungkapkan suatu relasi yang mendalam yakni relasi yang absolut atau intim antara kedua tokoh penting ini. secara pribadi penulis melihat hal ini sebagai sebuah relasi yang Ilahi dalam persatuan yang mesra dengan Allah Bapa dan Roh Kudus dalam merealisasikan maksud dan rencana Allah dalam menyelamatkan umat manusia.

Soal untuk mencapai kekudusan dan kesalehan yang otentik tidaklah semestinya hanya dengan berkanjang dalam tapa dan doa namun lewat kesaksian hidup dan perilaku moral, etiket sosial mampuh mengantar orang pada wahana kekudusan yang sebenarnya. Pemaknaan soal aksi dan reaksi dalam bahasa Latin yakni dalam ramalan “ora et la bora’’artinya berdoa dan bekerja.  Dalam kekudusan dan kesalehan Bunda Maria, Ia telah menyatakan kedua hal ini. Dimana, setelah menerima kabar dari malekat Gabriel, ia denagn keseluruan iman yang total menaruh semua itu dalam iman akan karya dan penyelenggaraan Kasih Allah. Tidak hanya demikian, ia mampu merealisasikan warta kekudusan itu sampai wafatnya Puteranya dikayu salib.

Berkaitan dengan kekudusan dan kesalehannya tidak hanya berkecimpung para rana peristiwa kelahiran sampai wafat Putranya, namun kekudusan Bunda Maria sudah terpenuhi dan terjaga sejak masih mudahnya. Dalam masyarakat Yahudi ia dikenal sebagai wanita yang saleh dan terhormat. Biografinya mengungkapkan, ia seorang wanita saleh yang mengahabiskan seluruh hidupnya di dalam Bait Allah sebagai penjahit kain. Dalam hal ini, ia dikenal kudus karena cara hidupnya dan keasaksian hidupnya sebagai anak Abraham dan bukan soal bnyaknya doa dan sujud sembah yang dibaktikan.  Sebagai orang Kristen sejati kita hendaknya mengrahkan hidup pada model dan kesaksian demikian yang bukan untuk kepentingan ego kesucian semata, tetapi untuk pebenaran makan hidup yang otentik sebgai makluk yang istimewa.

 

 

 

 

 



[1] Sefri Juhani, Eklesiologi – Misteri Gereja dan Maria (Maumere: Penerbit Ledalero, 2019), hlm. 74.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda